![]() |
My Vitalis Breeze :) |
Pernah
bekerja sebagai staf executive lounge
di Bandara Hang Nadim Batam merupakan pengalaman yang sangat berharga untukku.
Para staf executive lounge dituntut
untuk memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan para penumpang, ramah,
serta peka terhadap apa yang dibutuhkan penumpang tatkala singgah di lounge. Tak jarang aku pun diminta untuk
membelikan sesuatu oleh pengunjung lounge,
misalnya, cake pisang khas Batam,
bingka bakar, atau oleh-oleh lainnya. Hmm … penumpang kebanyakan adalah orang
sibuk yang malas repot membawa buah tangan dari luar, jadi mereka memilih beli
di bandara saja.
Siang
itu cuaca panas menyengat. Jadwalku masuk siang. Buru-buru kupacu motor dengan
kecepatan tinggi. Bersyukur bisa sampai tepat waktu. Aku langsung mengecek
makanan serta kebersihan lounge. Ketika
tengah sibuk mengganti menu makanan, tiba-tiba supervisor datang bersama dua
orang yang asing bagiku. Sempat deg-degan juga, sih. Aku masuk siang bersama
seorang teman. Ia pun sama was-wasnya denganku. Ada apa, ya? Kenapa supervisor
mendadak datang? Itu pertanyaan yang melintas di benakku. Supervisor sontak
memanggilku dan temanku. Ia meminta kami bergabung, lalu memperkenalkan dua
orang ibu yang duduk di sebelahnya. Oh, ternyata kedua ibu itu adalah staf
salah satu maskapai penerbangan yang bekerja sama juga dengan kami. Lega karena
yang dibahas hanya masalah ringan terkait beberapa komplain dari pelanggan. Hmm
… begitulah faktanya, kita tidak bisa menyenangkan hati semua orang meski sudah
memberikan pelayanan terbaik. Ada saja cacatnya, walau sebesar kacang hijau
hehe …. Usai memberi pengarahan kepada kami, supervisor pun meminta kami
kembali bekerja.
Sekitar
sepuluh menit kemudian, mereka menyudahi meeting
siang itu. Aku dan temanku telah bersiap kembali menyambut penumpang. Supervisor
masih berdiri di sisi kananku, melepas kepergian tamunya. Selanjutnya, ia
meminta bicara empat mata denganku. Aduh, ada masalah apalagi? Jantungku seperti
mau copot. Kami pun pergi keluar lounge
sebentar. Temanku yang berjaga sendirian.
Supervisor
yang cukup tampan itu menatapku sembari senyum-senyum. Sepertinya tahu aku agak
cemas. Kemudian dia berkata bahwa ada komplain dari kedua staf maskapai tadi
terkait diriku. Tepatnya bau badanku. Olala … ternyata ini alasan supervisor
ingin bicara berdua. Rupanya ia tak ingin aku malu. Si ibu agak terganggu
dengan bau tubuhku yang kurang sedap.
“Kamu udah cantik, masa bau badan? Sok, beli parfum hehe ….” ucapnya dengan logat daerah yang kental.
“Kamu udah cantik, masa bau badan? Sok, beli parfum hehe ….” ucapnya dengan logat daerah yang kental.
Aku
mengangguk seraya tersipu. Berarti ini bau sudah kelewatan sampai mengusik
ketenangan hidung para ibu staf maskapai.
Singkat
cerita, sepulang kerja aku mampir ke sebuah mini
market dekat rumah guna membeli parfum. Akhirnya pilihanku jatuh kepada
vitalis body scent breeze. Selain karena aku suka warna biru, breeze mempunyai wangi
yang segar. Perpaduan wangi bunga-bunga cyclamen, lily of the valley, peach,
cedarwood, dan amber sungguh menyejukkan, menciptakan rasa damai dan rileks.
Keesokan
harinya aku lebih bersemangat dan percaya diri sebab ada vitalis body scent
breeze yang melengkapi penampilan hari ini. Kulihat kembali diriku dalam cermin,
kalau-kalau ada yang kurang. Sip! Semuanya sempurna! Dan inilah arti memesona
bagiku. Terbuka menerima segala kritikan agar penampilan menjadi lebih baik dan
hasil kerja pun kian optimal.
Posting Komentar
Posting Komentar