![]() |
Sumber: FB Sendy Hadiat |
Bipolar disorder ternyata bukan gangguan
perasaan biasa. Penderitanya sangat rawan melakukan aksi bunuh diri. Seperti
dikutip dari laman meetdoctor, bahwa 25-60% penderita gangguan bipolar pernah
melakukan percobaan bunuh diri. Sebetulnya apa itu bipolar disorder? Orang dengan
bipolar dapat mengalami perubahan mood
secara drastis, yang semula bahagia bisa
menjadi sangat sedih atau sebaliknya. Penderita bipolar akan mengalami dua fase
yaitu, fase depresi dan mania. Saat fase depresi, penderita akan merasa lesu, tidak
bersemangat, hingga penurunan berat badan. Sementara ketika fase mania, aktivitas
cenderung meningkat, enerjik, bersemangat, dan lebih banyak bicara.
Pada tahun 2012, Sendy Hadiat, wanita
jelita yang lahir pada 7 Desember 1984 ini dinyatakan memiliki gangguan
bipolar. Sayangnya, saat itu keluarga maupun dirinya belum mengetahui cara menghadapi
serta penanganan yang tepat untuk penderita bipolar, sehingga kondisinya tak
berubah. Cibiran, hujatan, caci maki dari mantan istri suami Sendy beserta keluarga
besar suami, makin membuatnya tertekan. Akan tetapi, Sendy tidak pasrah dan
menyerah. Sadar dirinya mengidap bipolar disorder, Sendy pun berusaha menjaga
emosi agar tetap stabil, menghindari hal-hal yang dapat memicu stres, atau
segala sesuatu yang memancing kambuhnya fase depresi dan mania.
Selanjutnya tahun 2017 Sendy mengalami fase
mania selama kurun waktu satu tahun. Munculnya fase ini dibarengi dengan deretan
masalah yang hadir bertubi-tubi. Kondisi inilah yang membuat ibu dari 4 orang
buah hati itu terus mempelajari segala hal terkait gangguan bipolar, mulai
dari penyebab, pencegahan, hingga cara mengatasi bipolar disorder. Pengetahuan
tersebut ia peroleh dari buku yang dibelinya sejak 2013. Bersumber dari buku itu pula, Sendy menemukan alamat psikiater yang ia
rasa bisa membantunya. Sendy pun rutin
berkunjung ke psikiater itu dan hingga saat ini masih mengonsumsi obat, walau
dosis dan pemakaiannya hanya saat dia benar-benar memerlukan.
Juni
2017, Suami Sendy bertemu dengan psikiater tersebut dan akhirnya menjadi caregiver yang senantiasa membantunya. Dahulu
sebelum sang suami menjadi caregiver,
ketika fase depresi tengah dialami Sendy
akibat perilaku mantan istri suami atau anak-anak, Sendy lebih memilih diam
atau menangis sendirian karena tak ada yang mendengarkan keluhannya. Akan tetapi
setelah Suami berperan menjadi penolong Sendy, suamilah yang selalu memberinya
semangat dan dukungan, ditambah anak-anak yang senantiasa menguatkan, membuat Sendy
merasa jadi seseorang yang amat berarti.
Saat ditanya apakah kini Sendy bahagia? Wanita yang mempunyai nama asli Sendy Winduvitri ini pun menjawab mantap bahwa dirinya sangat bahagia. Bahagia karena ia bisa hidup apa
adanya. Bebas meluapkan emosinya dengan menangis atau marah tanpa harus merasa
takut ditinggalkan maupun kehilangan. Ia sadar bahwa hidupnya hanya milik Allah
Ta’ala. Sendy bahagia sebab memiliki keluarga yang utuh, dapat menjalankan
kodrat masing-masing, sebagai suami, istri, dan ibu. Dia pun bahagia
sebab bisa menjadi seseorang yang sangat berarti untuk keluarganya.
Tidak ada seorang pun yang ingin
mengidap gangguan bipolar. Akan tetapi seiring pengetahuannya tentang gangguan
perasaan tersebut, Sendy dapat menerima dirinya sebagai penderita bipolar dan
melampiaskan emosinya dengan melakukan hal-hal positif. Sendy yakin bahwa
bipolar disorder merupakan karunia untuknya dan Allah Ta’ala pun tidak akan
meninggalkan dan melupakannya.
Berniat ingin berbagi kisahnya kepada
semua sahabat perempuan, Sendy akhirnya mengikuti private writing coaching dari Indscript
Creative. Kisah lika-liku kehidupan Sendy
sebagai seorang bipolar ini tertuang
dalam sebuah buku setebal 160 halaman yang berhasil ia tulis dalam waktu 2
hari. Harapannya, buku berjudul “Menemukanmu dan Menemukannya” tersebut dapat
menginspirasi pembaca betapa pentingnya membangun hubungan yang hangat dengan
keluarga, tidak perlu malu atau takut untuk peduli akan psikologi, mental,
dan kejiwaan.
Posting Komentar
Posting Komentar