Setelah menikah, saya memilih jadi ibu
rumah tangga. Seharian berkutat dengan urusan dapur, kasur, dan sumur, ternyata
bikin lelah jiwa raga dan rentan menimbulkan kebosanan. Tapi saya bersyukur
memiliki aktivitas lain yang membuat hati girang dan bahagia ketika
melakukannya. Yups, menulis! Dengan menulis saya bisa mengusir kejenuhan dan rasa
penat akibat gempuran tugas ibu rumah tangga yang seakan tiada habisnya.
Penulis freelance adalah profesi sampingan saya, Mak. Ehem … memang belum menghasilkan pundi-pundi rupiah sekelas Bunda Maia atau Lady Gaga, namun lumayan buat beli popok-susu bocah. Banyak yang bilang kalau kerja dari rumah itu menyenangkan. Enak cuma duduk doang dapet transferan. Asyik pakai daster sembari panen duit. Keren bisa ngurus bocah sambil sabet sana-sini, pastinya tabungan tambah gendats *eh gendut maksudnya. Mereka tidak tahu saja bahwa memilih bekerja dari rumah nggak selamanya manis, Mak.
Sebagai penulis freelance, saya harus pandai mengatur waktu. Sekadar peringatan,
kalau emak belum bisa mengelola waktu dengan baik, pikirkan masak-masak sebelum merangkap jabatan (jadi IRT sekaligus kerja). Itu berat, biar saya saja *lho,
kok jadi Dilan? Wkwk …. Hal ini dikarenakan hidup emak bisa jungkir balik.
Kehidupan rumah tangga dan “kantor” akan berat sebelah. Biasanya pekerjaan akan
lebih diutamakan daripada urusan rumah tangga. Tak jarang, wanita yang memilih
bekerja dari rumah kemudian lupa pada kodratnya (jangan sampai terjadi pada kita, ya).
Nah, untuk menyiasati waktu yang hanya
24 jam supaya efektif, emak bisa membuat to
do list berisi kegiatan yang hendak dilakukan dalam satu hari mulai dari
mata melek sampai dengan bulan nongol alias malam hari. Saya sendiri membuat to do list tanpa mencantumkan waktu.
Jadi hanya poin kegiatan saja yang ditulis secara runut. Pernah coba pakai
waktu, Mak. Eh … malah saya tertekan hehe …. Intinya mau pakai waktu atau
nggak, yang penting bikin emak nyaman.
Tolong,
Deadline Mengejarku!
Inilah salah satu tantangan menjadi
penulis. Deadline! Saya kerap
menerima pesanan artikel atau berburu lomba menulis. Baik itu garapan artikel
maupun lomba, umumnya memiliki batas pengiriman atau yang dikenal dengan
sebutan deadline. Jujur, saya
termasuk pejuang deadline. Entah
kenapa ide seret banget keluar kalau mengerjakan proyek maupun tulisan untuk
lomba jauh-jauh hari. Jadi biasanya saya setor mepet (1-2 hari sebelum jatuh
tempo wkwk).
Namun ada kalanya kebuntuan menyerang di ujung waktu.
Kan, bahaya banget kalau udah mepet deadline
malah stuck. Aduh duh duh … pusingnya
bukan main. Jika hal ini terjadi, saya tidak memaksakan diri, Mak. Saya
berhenti sejenak, meninggalkan aktivitas menulis, dan menikmati me time.
Me
time
ngapain?
Ke salon buat perawatan?
Makan syantik di café kesayangan?
Dinner
bareng
pasangan pake lilin di kiri-kanan?
Nyetrika segunung ampe berkeringat
ibarat baru fitnes?
Baca buku hasil pinjem ke tetangga
sebelah?
Atau nonton drakor favorit ditemani
kerupuk melempem akibat nutup kurang rapet?
No!
Big no! Halah hihihi ….
Saya memilih me time sehat dan asyik, dong. Biar tubuh bugar, ide mengalir
lancar. Caranya, dengan membuat wedang jahe. Sejak dulu saya memang suka wedang jahe. Di samping anget, rasanya
yang pedas-pedas nyelekit kayak
kembaran cabe ini juga memberikan sensasi yang beda pas nyeruputnya.
Saya biasa membuat wedang jahe sendiri.
Cukup dengan sebonggol jahe yang dibakar sebentar sampai kulitnya agak gosong,
bersihkan, kemudian iris tipis; ambil gula merah atau gula pasir; masukkan
semua bahan ke dalam sepanci kecil air; rebus sampai aromanya keluar, deh.
Gampang, kan?
Akan tetapi cara ini agak makan waktu. Sehingga
sebelum wedang jahe selesai diracik, kadang bayi sudah bangun. Ini, nih,
repotnya. Si kecil nggak mau saya tinggal. Udah bau emak pokoknya haha …. Cuma
geser ke dapur saja nangis kejer (maklum saya tinggal di rumah kontrakan, nggak
ada yang jaga anak). Kecuali kalau ada si bapak yang lagi libur, agak ayem saya
ninggalin bayi.
![]() |
dok. pribadi |
Jahe,
Rimpang Segudang Manfaat
![]() |
Sumber: pixabay/ Couleur |
Jahe tergolong tanaman rimpang dan biasa
dimanfaatkan sebagai bumbu dapur selain diracik menjadi bahan utama pembuatan
minuman. Wedang jahe memang paling pas dinikmati kala cuaca dingin atau malam
hari, ya. Meski demikian sebagian orang (termasuk saya) selalu meminum wedang
jahe di segala suasana. Inilah beberapa manfaat jahe yang wajib diketahui.
1. Mengurangi Mual
Emak
pernah mengalami mual akibat vertigo atau morning
sickness kala hamil muda? Coba saja konsumsi jahe mentah atau minuman jahe
guna mengurangi rasa tak nyaman di perut. Perlu dicatat bahwa ibu hamil tidak
bisa sembarangan mengonsumsi obat-obatan. Oleh sebab itu disarankan
berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter ketika hendak mengonsumsi jahe atau
hasil racikan berbahan jahe seperti permen dan minuman.
2. Meredakan Sakit Kepala
Ketika
sakit kepala melanda, biasanya kita akan merasakan lingkungan sekitar berputar,
mata berkunang-kunang, tak jarang menimbulkan rasa mual. Nah, kondisi ini bisa
diredakan dengan konsumsi minuman jahe.
3. Meminimalkan Rasa Sakit
Emak
yang baru memulai hidup sehat, biasanya akan mengawali dengan berolahraga.
Sayangnya, karena terlalu semangat otot-otot malah jadi tegang dan sakit.
Guna mengurangi rasa sakit, Emak bisa meminum suplemen jahe atau wedang jahe
setiap hari. Di samping itu, jahe juga mampu meringankan rasa sakit akibat
menstruasi. Salah satu penelitian menyebutkan bahwa sekitar 60% rasa sakit
dikarenakan haid akan berkurang usai mengonsumsi jahe.
4. Antiinflamasi
Salah
satu senyawa yang terkandung dalam jahe adalah gingerol. Senyawa ini bersifat
anti radang atau antiinflamasi. Tak heran banyak penderita osteoarthritis
(nyeri dan kekakuan sendi) serta rematik menyatakan rasa sakit yang diderita berkurang
tatkala rajin mengonsumsi rimpang pedas tersebut.
5. Baik Bagi Pencernaan
Kandungan
phenolic yang terdapat dalam jahe disebut sangat bermanfaat bagi pencernaan,
lho. Selain mampu cegah kontraksi perut, jahe pun bisa membantu pergerakan minuman
beserta makanan yang berada di pencernaan.
Memangkas
Waktu Biar Me Time Bersama Wedang Jahe Makin Panjang
Sekotak herbadrink sari jahe yang isinya 5 sachet @ 22 gram telah ada di
tangan. Kini saatnya pembuktian! Saya langsung pergi ke dapur dan memasak air. Ceritanya mau bikin wedang jahe sebelum bertempur dengan setumpuk deadline tulisan yang wajib disetor lusa
heuheu ….
Dan rasanya …. Hmm … hmm … hmm … (ini
ngapain, sih, wkwkwk).
Asli seger, deh. Jahe dan panasnya terasa banget.
Aroma jahe menguar mengusik hidung. Bikin saya kebat kebit, nggak tahan untuk
nyeruput. Pelan-pelan saya nikmati minuman hangat tersebut. Emang ini minuman
serbuk tradisional nusantara yang nggak cuma bisa menghangatkan tubuh, namun
menghangatkan hati dan dompet emak juga *wink. Secara sekotak, tuh, saya beli
harganya cuma dua belas ribuan doang (kalo pas promo kayaknya bisa dapet lebih murah heuheu *dikeplak). Sambil merenung di malam yang syahdu, sesekali
mata melirik ke dua malaikat kecil yang sudah menjelajah pulau kapuk, iler di mana-mana
wkwkwk …. Nggak apa-apa yang penting kita bahagia.
Sekarang saya tidak perlu repot membuat
wedang jahe. Tinggal masukkan herbadrink sari jahe, tambahkan air panas, aduk, seruput, deh. Bekal buat pejuang deadline sekaligus me time asyik
nan hemat. Oh, ya, minuman serbuk dari Konimex ini juga cucok meong dinikmati
dalam kondisi dingin (pakai air es), tetep syeger manjah.
![]() |
dok. pribadi |
Saya punya quote (baca: kuwoot) ala-ala … kadarnya hihi
Lelah ngurus rumah tangga, jangan
lantas membuatmu berhenti berkarya. Segarkan tubuh dan pikiran dengan me time
bersama wedang jahe aka herbadrink sari jahe - Dian Novandra
Mantap Mak, apalagi kalau hujan-hujan minum sari jahe ini, nulis novelnya trus lancar jaya#eh. Kalau ini pengalaman pribadi ding. Hehe
BalasHapus