Kim dan Pao adalah sahabat yang tidak
terpisahkan. Mereka selalu bersama-sama dan saling menyayangi. Saat itu Negeri
Cina telah memasuki awal musim semi. Suasana begitu hangat dan menyegarkan.
“Pao, bagaimana kalau kita jalan-jalan
ke hutan pinus hari ini?” Ajak Kim seraya tersenyum.
“Wah, ide bagus!” Pao setuju.
Mereka pun pergi sesuai rencana.
Sepanjang perjalanan, keduanya bernyanyi riang. Sesekali melontarkan
cerita-cerita lucu. Jalan tanah menuju hutan tidak terlampau lebar dan berliku.
Baru separuh perjalanan, keduanya
memutuskan untuk istirahat. Tidak lama, mereka pun kembali menjelajahi hutan.
Kim dan Pao menyeberangi sungai kecil yang jernih dan terus mengagumi indahnya
pepohonan besar di sekeliling mereka. Keduanya semakin masuk ke dalam hutan.
Tiba-tiba mereka melihat semak bunga yang cantik. Di balik semak tersebut,
tampak sesuatu yang berkilau.
“Wah, ada bongkahan emas!” pekik Pao.
Kim langsung menunduk dan mengambil emas
sebesar buah lemon itu.
“Ini untukmu, Pao,” Kim menyodorkan
benda berkilau tersebut ke hadapan sahabatnya.
“Tidak, untukmu saja, Kim. Kamu berhak
mendapatkannya,” Pao berucap halus.
Mereka saling tolak untuk memiliki emas
itu. Karena tidak ingin terjadi pertengkaran, keduanya pun meletakkan kembali
bongkahan emas ke tempat semula. Tidak ada pikiran membagi dua bongkahan emas
tersebut.
Suatu hari, Kim dan Pao berjalan-jalan
ke kota. Mereka bertemu dengan seorang lelaki tua yang miskin. Ia tidak
memiliki tempat tinggal dan tidur di jalanan tanah. Dua sahabat itu merasa iba,
lalu menghampiri sang lelaki tua.
“Hai, Tuan, bangunlah! Kami ingin
memberitahumu sebuah rahasia,” ucap Pao.
Lelaki itu bangkit perlahan, mengucek
matanya. Tubuhnya tampak kurus dan kotor. Kemudian Kim dan Pao menjelaskan
keberadaan bongkahan emas yang pernah mereka temukan di hutan.
Sontak wajah lelaki tua itu
berbinar-binar. Bibirnya membentuk huruf U. Matanya membulat. Ia pun berterima
kasih kepada dua sahabat itu, lalu pergi ke hutan dengan riang dan semangat.
Kim serta Pao asyik berbincang,
menghabiskan satu jam bersama. Kicau burung bersahutan di dahan pohon taman
kota. Tiba-tiba seseorang berteriak dan mendekati mereka.
“Kalian sengaja mempermainkan aku!”
bentak lelaki tua yang tadi baru dari hutan.
“Ada apa, Tuan? Apakah Anda sudah
menemukan emasnya?” Pao kebingungan.
“Tidak! Aku justru berjumpa dengan
monster ular dan bertarung dengannya. Beruntung dia bisa kukalahkan!” nada
suara sang lelaki masih tinggi. Wajahnya merah padam karena marah.
“Itu tidak mungkin! Kami akan pergi ke
sana dan membuktikan ucapanmu,” Kim masih tidak percaya. Ia pun mengajak Pao
berangkat menuju hutan.
Keduanya melangkah cepat ke tempat
bongkahan emas berada. Mereka berjalan berjingkat-jingkat tatkala mendekati
semak bunga. Tetapi mereka tidak menemukan monster ular. Yang ada di hadapan
keduanya adalah gumpalan emas yang dulu pernah mereka temukan. Namun, kali ini
ada dua bongkahan dan ukurannya lebih besar.
Kim pun mengambil emas tersebut dan
menyerahkan kepada Pao. Demikian pula sebaliknya. Pao menyodorkan emas satunya
untuk sang sahabat. Mereka pulang dengan senyum merekah.
Postingan ini diikutsertakan dalam One Day One Post bersama Estrilook Community (Day 8)
Posting Komentar
Posting Komentar