![]() |
Sumber: grup facebook Wonderland Family |
Jumat, 22 Maret 2019 lalu,
Wonderland Family, salah satu komunitas menulis yang berfokus kepada bacaan
anak-anak mengundang narasumber untuk sesi sharing gratis bagi para anggota. Kali
ini yang mampir ke rumah Wonderland adalah seorang emak penulis dengan empat
buah hati. Wow banget, ya! Meski punya bocil yang masih unyu-unyu, beliau tetap
bisa produktif menulis. Namanya Mbak Niken Sari. Kebetulan sebelum mengadakan
sharing di Wonderland Family, saya sudah mengenal beliau lebih dahulu. Pribadi
yang hangat, humble, dan sangat care, membuat saya betah curcol dengan beliau. Uhukk
….
Niken Sari mulai aktif menulis dan
mengikuti beragam training kepenulisan sejak tahun 2016. Berbekal pengalaman
mengenyam pendidikan di luar negeri (Jerman), dia bertekad menulis sebuah buku traveling. Akhirnya pada tahun 2017 buku
solonya lahir. Journey in
Berlin, adalah buku traveling pertama
karya Niken Sari yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo (Gramedia Grup).
Setelah sesi perkenalan singkat,
sharing yang dipandu oleh Walidah Ariyani tersebut langsung ulik asyik
perjalanan menulis Niken Sari. Berikut adalah rangkuman sesi tanya jawab.
Jadi
penasaran bagaimana perjuangannya untuk menerbitkan buku ini?
Menulis harus berdasarkan passion.
Kebetulan traveling adalah passion saya yang pertama. Menulis tentang
perjalanan tidak hanya bercerita secara umum, tapi juga hikmah yang terkandung
di dalamnya.
Bagi saya menulis adalah sebuah
kebahagiaan dan tantangan. Kenapa disebut sebuah kebahagiaan? Karena saya
merasakan bahagia setiap kali mengungkapkan rasa lewat tulisan. Menulis juga
bisa disebut sebagai sebuah tantangan, yaitu bagaimana kita menjadi seorang
penulis yang lebih baik dari hari kemarin. Serta tak lupa tantangan menghadapi
deadline hehehe ….
Berarti
untuk menulis naskah traveling kita harus benar-benar memahami dulu tujuan dan
hal bermanfaat yang bisa diambil dari perjalanan itu ya, Kak? Artinya nggak
sekedar bercerita tentang keindahan gitu ya, Kak?
Saya mau cerita sedikit, ya,
tentang naskah Journey in Berlin ini.
Awalnya saya menulis naskah ini hingga 70 halaman dalam waktu satu bulan.
Tetapi, sesuatu hal terjadi. Naskah saya hilang. Kebetulan saya selalu menulis
dengan menggunakan hp. Tiba-tiba naskah itu hilang karena hp saya rusak. Sedih
sekali rasanya. Waktu itu sempat putus asa juga dan bertanya dalam hati apakah
naskah tersebut saya lanjutkan atau tidak. Saya pun memutuskan untuk lanjut
apapun yang terjadi :-) sebab saya tidak mau setengah hati dalam mengerjakan sesuatu.
Cuma ada dua pilihan, iya atau tidak.
Saya pun mulai menulis dari awal
lagi. Sambil berdoa kepada Allah supaya dimudahkan dan dilancarkan prosesnya,
akhirnya naskah saya bisa selesai. Kemudian saya kirimkan ke penerbit bulan
September 2017 dan Alhamdulillah 2 minggu kemudian dapat pemberitahuan kalau
naskah saya disetujui. Alhamdulillah.
Woow...70
halaman hilang. Artinya Kakak mulai dari awal lagi? Bagaimana meyakinkan mood yang patah hati karena naskah
hilang, Kak?
Sebelum mengirim naskah tersebut
tak lupa saya mohon doa kepada suami tercinta. Sebab, saya yakin untuk seorang
istri dan juga ibu seperti saya, dukungan keluarga sangat berperan. Saya yakin
restu suami akan memudahkan langkah selanjutnya.
Tak lupa saya mohon doa juga kepada
ibu saya. Saya tahu bahwa doa-doa beliau selalu menyertai perjalanan hidup
saya. Karena itu saya butuh sekali restu beliau dalam setiap langkah. Alhamdulillah akhirnya Desember
2017 saya mengalami 2 kali lahiran, lahiran anak ke-4 dan buku. Saya bahagia
dengan kelahiran bayi perempuan saya dan juga buku Journey in Berlin. Akhirnya setelah itu saya aktif menulis dan buku
yang belum lama saya tulis berjudul Aku
Ingin Menjadi Hafiz. Buku Aku Ingin
Menjadi Hafiz dibuat untuk memotivasi anak-anak agar menjadi penghafal
Alquran sejak dini.
Noted
Kak, betapa restu dan doa itu sangat penting untuk sebuah kesuksesan. Bagaimana
mengatur time schedule antara menulis
dan keluarga, Kak?
Dalam
sesi tanya jawab terakhir juga ada pertanyaan dari Dian Nofitasari, Naimnabil
Kembar, Susi Yusni Walti, dan Wahyuni Indriyani.
Dian
Nofitasari : Aku ingin Menjadi Hafiz buku kumpulan cernak atau gimana, Mbak?
Naimnabil
Kembar : Pengen nulis dengan tema tentang ini. Tetapi ide kok macet. Padahal
cerita tentang anak sendiri. Semoga bisa dapat masukan nih.
Susi
Yusni Walti : Tanya mbak Niken. Kalau kita mau menulis perjalanan kita, apa
saja yang boleh kita tulis: Kesan ttg tempat yg kita kunjungi, atau deskripsi
tempat yg kita kunjungi?
Wahyuni
Indriyani : Hai, Mba Niken yang luar biasa. Dengan 4 anak dan tanpa khodimat.
Bisa membagi waktu untuk keluarga dan juga konsisten menulis.
Mba
Niken, apa saja do's and dont's dalam menulis buku travelling ?
Makasih Kak Walidah dan Kak Dian, untuk
pertanyaannya ^^
1. Perjuangan untuk menerbitkan
buku ini.
Perjuangannya lumayan panjang ya
karena peristiwa naskah saya yang sempat hilang semua itu hehehe ….
2. Meyakinkan mood yang patah hati.
Jujur saja awalnya sedih sekali.
Tapi, saya segera bangkit dan mencoba good
mood kembali :-) Saya sudah terjun ke dunia kepenulisan dan tidak akan
patah semangat hanya karena sesuatu hal. Tak lupa berdoa. Karena bagi saya
dalam melakukan apa saja doa memiliki peranan utama.
3. Mengatur time schedule antara menulis dan keluarga. Awalnya memang saya agak
kesulitan dengan pengaturan waktu. Namun, Alhamdulillah akhirnya bisa menemukan
waktu yang tepat untuk menulis. Jadi, biar semuanya bisa balance antara kewajiban sebagai seorang ibu, istri dan juga penulis
:-)
Time
schedule saya seperti ini, karena saya punya
empat anak maka pengaturan waktu harus benar-benar tertata rapi. Biasanya saya
bangun sekitar pukul tiga dini hari untuk kegiatan domestik. Termasuk menyiapkan
bekal dua anak yang sekolah (kelas 3 dan 1 SDIT), 1 batita dan 1 bayi. Saya
punya prinsip mending kegiatan domestik dilakukan sejak dini hari hingga ketika
pukul 08.00 WIB saya sudah bisa santai.
4. Buku Aku Ingin Menjadi Hafiz.
Buku Aku Ingin Menjadi Hafiz bukan kumpulan cernak. Buku ini adalah
sebuah pictbook yang diperuntukkan
bagi anak usia SD, namun juga bisa dibaca oleh anak-anak di bawah usia
tersebut. Sebenarnya buku ini terinspirasi dari kisah anak pertama saya :-)
Terima kasih untuk pertanyaannya
Mbak Naimnabil, Mbak Susi dan Mbak Wahyuni ♡
1. Mau menulis tapi ide macet.
Coba sebelum nulis kita manjakan
diri sendiri. Bisa makan sesuatu yang kita suka maupun jalan-jalan. Menulis
berdasarkan pengalaman sendiri jauh lebih enak dibandingkan menulis sesuatu
yang kita kurang pahami. Jadi, untuk saya sendiri biasanya lebih suka menulis
berdasarkan hal-hal yang saya alami. Kuncinya cuma satu, menulis dan menulis.
InsyaAllah ide akan bermunculan ketika kita terus menulis :-)
2. Untuk menulis kisah perjalanan
apa saja yang mesti kita tulis. Kesan tentang tempat atau deskripsi.
Apa saja bisa kita tulis. Awalnya
mungkin dengan deskripsi tempat. Misalnya kita mau menulis tentang Raja Ampat.
Kita bisa menulis keindahan pulau-pulau yang ada, tidak lupa akomodasi maupun
hal-hal lainnya. Nah, biasanya untuk bagian akhir baru kita tulis tentang
kesan-kesan positif kita terhadap tempat tersebut. Kalau saya pribadi selalu
menyisipkan cerita tentang makanan halal untuk daerah yang dikunjungi. Sebab,
bagi saya kehalalan itu penting sekali :-)
3. Do dan Dont's dalam menulis buku
traveling.
Do : hal-hal umum yang mau
diceritakan mulai dari deskripsi tempat tersebut (sejarah, luas, dsb). Kemudian
juga keindahan tempat tersebut, makanan dan minuman halal, dan yang paling
utama adalah foto.
Dont's : Terkadang di sebuah tempat
yang dikunjungi ada adat istiadat maupun hal lainnya yang tidak boleh
diceritakan secara gamblang. Ini untuk traveling domestik. Sedangkan untuk
wilayah mancanegara, maaf, ada beberapa taman atau tempat yang memiliki
konotasi negatif yang tidak bisa kita ceritakan dalam buku. Itu menurut
pendapat saya :-) Terima kasih untuk pertanyaannya :-)
Sharing malam itu kece banget.
Pokoknya bikin malu kalau nggak nulis, banyak alasan untuk meninggalkan
aktivitas menulis, atau patah hati dan ngambek
karena naskah hilang maupun ditolak penerbit. Pelajaran yang saya ambil dari
sesi sharing bersama Mbak Niken Sari adalah pantang menyerah serta tidak putus
asa ketika terjadi peristiwa kurang menyenangkan pada naskah (ditolak atau
hilang), terus mencoba dan pantang menyerah, meminta doa dari orang-orang
terdekat (suami, anak, orang tua), sebelum kirim naskah jangan lupa untuk
bismillah dan pasrahkan kepada Allah, semoga naskah kita bertemu dengan jodoh.
Mantuuullll! Jangan mau kalah
dengan ibu produktif berbuntut empat inih. Yuk, nulis lagi!
Posting Komentar
Posting Komentar