![]() |
Sumber gambar : lifestyle.kompas.com |
Ramadan merupakan momen berkah buat
para ibu rumah tangga seperti saya. Yaps, paling nggak kalau pagi kita bisa
rada santai menikmati udara yang masih segar. Tanpa harus mikir masak apa buat
sarapan hehehe …. Ketahuan malasnya, deh.
Berbeda dengan tahun-tahun
sebelumnya, Ramadan tahun ini saya isi dengan membantu seorang teman membuat sekaligus berjualan
takjil. Kolak, bubur ketan hitam, bubur kacang hijau, es cendol, dan aneka kue,
kami sediakan di lapak sederhana yang tak jauh dari rumah. Keuntungannya
gimana? Emang rame jualannya? Laris nggak? Ya ampun, Anda kepo apa peduli, sih?
Nanya detail amat wkwkwk …. Alhamdulillah jualan kami lancar. Ya, begitu
namanya dagang kadang laris, ludes. Di hari lain sepi pembeli.
Saya baru merasakan, bagaimana
capeknya berjualan makanan plus sesekali bantu menjaga lapak. Rasanya tidak sebanding
keuntungan yang didapatkan dengan rasa lelah tubuh yang bisa hinggap
berhari-hari (mungkin karena belum terbiasa). Belum lagi kalau melihat lapak
orang sebelah yang selalu ramai. Deuhh asli bikin iri. Yes, soalnya lapak kami didatangi pembeli biasanya setelah pukul
17.00. Kata teman saya, sisa-sisanya baru beli ke kita hehe …. Sebetulnya itu
sudah bisa diprediksi, sih. Mengingat kue-kue yang dititipkan ke lapak kami,
jujur kurang kekinian dan jauh dari kesan menarik dari segi penampilan (walau
rasa mah nggak kalah endul).
Selain takjil manis, ada satu produk
khas lapak kami yang dijamin tidak dijual di kedai manapun. Namanya NASI BERKAH
BY KATI KITCHEN BAROKAH. Salah satu yang menarik perhatian orang-orang untuk
datang ke lapak kami adalah nasi campur tersebut.
Orang di balik layar Kati Kitchen
adalah Mama Pida atau akrab kami panggil Bunda. Beliau ialah ibu pekerja.
Hebatnya di tengah kesibukan yang luar biasa, Bunda masih menyempatkan diri
untuk memasak dan berjualan nasi campur. Dibantu seorang asisten, setiap hari
Bunda menyediakan nasi campur menggunakan wadah plastik berbentuk kotak,
sehingga lebih higienis dan enak ditenteng kemana-mana.
Mulanya kami agak bingung dan kaget
ketika beliau mengutarakan niatnya untuk membuat nasi campur murah meriah.
Dengan lima ribu rupiah, kita bisa mendapatkan seporsi nasi putih lengkap
dengan ayam, sayur, sambal, dan lalapan. Murah banget, kan? Kami berpikir, apa
Bunda bisa dapat untung kalau dijual segitu. Mana pakai wadah plastik yang
lumayan harganya. Itu, kan, masuk modal juga. Apa iya, dengan lima ribu bisa
balik modal?
Ternyata bukan keuntungan yang
diincar Bunda. Seluruh hasil penjualan nasi tersebut, akan disumbangkan untuk
anak-anak yatim dan kaum papa di akhir Ramadan nanti. Masya Allah. Saya dan
teman pun langsung menyetujui niat Bunda menitipkan nasi di lapak kami. Adanya nasi
berkah itu tidak hanya menjadi daya tarik para pembeli, melainkan juga
menularkan rezeki untuk dagangan kami. Beberapa orang yang datang mencari nasi
campur, tak jarang melirik kue-kue serta takjil. Alhamdulillah … ikut diborong.
Rasa bahagia bercampur haru hampir
tiap hari menyelimuti hati saya selama Ramadan ini. Saya yang dulu hanya
sebagai pembeli, kini merasakan perjuangan luar biasa para penjual dalam
mencari rezeki halal. Kadang sampai magrib, kue dan bubur masih tersisa. Saya hanya
memandangnya seraya berharap esok hasil penjualan akan lebih baik.
Bagi saya, bisa berjualan di bulan
nan suci ini juga merupakan berkah ramadan. Dari menjadi penjaja makanan, saya
belajar banyak hal.
Kesabaran dan menyetel otak agar
senantiasa berpikir positif ketika melihat lapak orang lain ramai, dan lapak
sendiri masih sepi.
Mengelola hati kala apa yang kita
harapkan, tidak sesuai dengan kenyataan.
Kegigihan untuk terus mencari
rezeki dengan jalan halal, meski hasil atau uang yang diperoleh sedikit.
Dan betapa pentingnya inovasi
produk guna memenangkan persaingan usaha.
Berkah Ramadan ini, semoga
menjadikan diri saya lebih baik di masa depan. Bagaimana dengan Emak? Apa
aktivitas selama Ramadan? Yuk, share!
Posting Komentar
Posting Komentar