Suami tidak peka dan pemalas adalah sosok paling menyebalkan bagi para istri.
Setelah menikah, sebagian perempuan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga. Suami yang tak ingin istrinya bekerja dan keinginan pasangan agar istri hanya fokus mengurus keluarga merupakan beberapa alasan perempuan harus rela melepas mimpinya, menanggalkan keinginannya untuk berkarir.
Bahagia dirasakan sebagian wanita kala menjalani peran menjadi ratu rumah tangga, namun sebagian lainnya justru merasakan sebaliknya. Dalam hati mereka mulai bimbang terkait pilihannya.
Ah, ternyata jadi ibu rumah tangga itu rumit! Apakah pilihanku sudah tepat? Adakah yang merasakan hal serupa? Beberapa alasan munculnya kebimbangan tersebut adalah karena kurangnya kepekaan serta peran suami dalam rumah tangga, suami miskin perhatian, penuntut, atau keadaan ekonomi yang kurang baik setelah pernikahan.
Di
masa yang serba cepat, cara bekerja pun mulai bergeser. Kini banyak orang yang
memilih bekerja dari rumah. Beberapa pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah antara
lain, freelancer, blogger, membuka online shop, admin media sosial, dan
lainnya.
Tentunya
hal ini menjadi angin segar bagi para ibu rumah tangga yang ingin berkarir kembali. Kabar baik untuk ibu yang masih ingin bertumbuh tanpa harus meninggalkan rumah. Bayangan betapa asyiknya bekerja
tanpa harus keluar rumah, menjadi magnet tersendiri bagi ibu rumah tangga.
Kesuksesan working at home mom hanya bisa dicapai apabila ada dukungan dari suami. Namun, kenyataannya suami terkadang tidak mau berbagi peran di rumah. Suami tidak peka terhadap segala hal yang ada di sekelilingnya. Ia berpendapat bahwa tugasnya cuma mencari nafkah. Padahal sejatinya tidak demikian. Mendidik dan mendampingi anak juga harus dilakukan agar si kecil tak haus kasih sayang ayah.
Ibu yang bekerja di rumah
pun memiliki tantangan yang tidak mudah. Sebut saja ketika tenggat pekerjaan
sudah dekat, tapi masih belum rampung. Suami malah santai dan enggan menolong.
Tak mau mengasuh anak, malas membantu di dapur, cuci pakaian apalagi. Pekerjaan
rumah tangga seakan pantang dilakukan sebab merasa dirinyalah yang harus
dilayani.
Padahal
tujuan istri bekerja juga bukan semata menghilangkan kebosanan dan memuaskan keinginan
untuk terus berkembang, tentu juga ada niat mulia membantu keuangan keluarga.
Hal ini umumnya dilakukan karena gaji suami yang pas-pasan, sementara kebutuhan
hidup terus berjalan setiap harinya. Dalam kasus ini, seharusnya suami lebih
peka dan sigap membantu sang istri.
Wahai
suami, bagi para istri yang bekerja di rumah, sekecil apapun bantuanmu sangat
berarti. Terlebih kala deadline mengintai.
Suami yang hebat bukanlah pribadi yang hanya bisa menuntut. Suami jempolan
ialah mereka yang mau ringan tangan membantu sang istri tanpa memikirkan
omongan atau pandangan orang lain terhadap dirinya.
Sebagai
contoh, istri yang bekerja sebagai freelancer
biasanya akan menemui satu masa paling sibuk mengejar deadline, maka suami dengan senang hati membantu memasak dan
mengasuh anak. Istri sedang mengurus paket untuk para pelanggan yang harus
dikirim hari itu juga, suami sigap dengan mengambil alih cucian atau menyetrika
sebisa mungkin.
Tentu
akan banyak pasang mata yang memandang suami rendah dan tak punya harga diri
karena mau melakukan kerja rumah tangga. Jika hal ini terlintas dalam pikiranmu
wahai suami, ingatlah apa saja yang sudah dikorbankan istrimu untuk dirimu.
Sebagai catatan, Islam sudah mengatur kewajiban suami terhadap istri sedemikian rupa, sehingga bisa menjadi imam yang saleh dan dapat membimbing istri untuk menggapai janah-Nya. Berikut beberapa di antaranya.
1. Menggauli Istri Secara Baik
Suami diperbolehkan menggauli istri namun dengan cara yang baik, penuh kasih sayang. Hindari kekerasan atau berlaku zalim terhadap istri. Contoh perilaku baik suami antara lain, bertutur kata lembut, menjaga penampilan agar selalu enak untuk dilihat, dan piawai memanjakan sang istri.
2. Memberi Nafkah Secara Layak dan Perhatikan Perlakuan Terhadap Istri
Pastikan suami memberikan nafkah lahir maupun batin yang layak kepada istrinya. Berilah istri makanan serupa yang dimakan suami, sandang, serta papan. Jangan sampai memukul atau mengumbar aib istri kepada orang lain.
3. Membimbing Istri
Terakhir adalah senantiasa berusaha membimbing istri agar menjadi pribadi yang positif. Tegurlah apabila istri melakukan perbuatan dosa atau kesalahan. Tak sebatas menuntut istri melakukan kebaikan saja, namun suami pun harus memberikan teladan.
Bahagia di mata para istri bukan sekadar diberi harta benda, lebih dari itu. Sikap suami yang mau menerima istri apa adanya, senantiasa mendukung sang istri, dan ringan tangan berbagi pekerjaan rumah merupakan kebahagiaan terbesar istri.
Jangan hanya bisa memberi istrimu “derita” dengan kemalasanmu. Jangan cuma bisa menuntut tanpa mengerti posisi dan kesulitan istrimu. Wahai suami, jika kau merasa patut dihargai, maka hargai pula istrimu. Hindari menjadi suami tidak peka dan pemalas. Berikan perhatian dan segala hal yang memang layak ia peroleh.
Posting Komentar
Posting Komentar